eps.4 tawa

Eps.4 




                                    Tawa

Trap trap 
Ku dengar ada suara hentakan kaki yang mulai mendekat 
"Woi, tunggu!" 
Ku menoleh ke arah suara itu.
"Yo ndang, reneo (ya cepetan, kesini)"
" Sek, enten(sek, tunggu)."
Dengan sekuat tenaga ia berlari ke arah ku.
"Haduuh, mbok yah ditungguin gitu Lo" 
"Lha kan kamu nggak ngomong tadi" 
"Oh iya" sambil meringis 
"Kamu mau kemana kok ngikut aku?" 
Tanya ku 
"Yahh, ikut kamu aja" 
"Lahh" 
"Yang penting aku nggak gabut. Daripada dirumah aku gabut banget pas Corona kaya gini" 
"Owhh, okelah" 
Ku berjalan dengannya tanpa arah jalan yang jelas. Yahh, memang terkadang aku juga begitu. Suka jalan jalan tapi nggak tahu mau kemana. 
"Eh, ha" tanya nya tiba tiba. "Kamu tadi ngapain, kok tiba tiba melamun?" 
"Yahh, enggak. Cuman kagum aja"
"Kagum?" 
"Yahh kagum karena betapa indahnya alam" 
"Mmm.." 
Lama kemudian kami berdua sudah mulai lelah karena sudah sedari tadi jauh berjalan namun tanpa arah tujuan yang jelas. 
"Kita ke warkop aja yok!" Ajaknya dengan semangat. 
"Hmm.., warkop mana?"
"Yahh, carilah" 
Aku cuma mengangguk di karenakan sedari tadi sudah mulai lelah karena berjalan. Setelah lama mencari warkop akhirnya menemukan juga. 
"Nahh, ini warkopnya." Ungkap nya dengan kegirangan.
"Sek" ku cermati baik baik tulisan menu yang ada di papan hitam yang sepertinya itu adalah harga menu menu minuman yang ada di warkop itu. 
"Cari yang lain aja" ungkap ku sambil mengajak teman ku pindah untuk mencari warkop yang lebih murah.
"Kenapa, ha?" 
"Lha, itu tadi harga nya mahal" 
"Piroan? (berapa an?)".
"25 ribu" 
"Waduhh, iku kopi elit ketok e( itu kopi elit sepertinya)" 
"Iya, tapi masalahnya kantong kita yang nggak elit" celetuk ku padanya. 
Kami terdiam sambil memandangi kantong saku pakaian sendiri sendiri.
Setelah kami terdiam dan akhirnya tertawa dikarenakan betap mirisnya uang kami untuk membeli kopi. Betap bahagianya hidup. Meski kita ada suatu kekurangan akan tetapi di balik itu semua terdapat kesenangan dalam bentuk yang berbeda. Dan kini kami menertawai keadaan kita sendiri. Entah kenapa disaat kekurangan malah justru kita hanya tertawa menertawai keadaan. Betapa sayangnya sang pencipta manusia dan alam. Memberikan suatu gelak tawa dan senyuman disaat ada suatu kekurangan. Dan memberikan suatu ketengan sesaat setelah datang kegundahan. 

Bersambung ~ eps.5